Minggu, 19 April 2020

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GURU DALAM MEMILIH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA


A.  PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil, jika tujuan pembelajarannya sudah tercapai. Tujuan Pembelajaran dapat tercapai melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran keberadaan  guru sangatlah urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan  pembelajaran tercapai atau tidak?
Suyitno  (2004:  1) menyatakan  bahwa  pembelajaran  adalah  upaya  untuk menciptakan  iklim  dan  pelayanan  terhadap  kemampuan,  potensi,  minat,  dan kebutuhan peserta didik yang beragam  agar  terjadi  interaksi optimal  antara guru dengan  siswa  serta  antara  siswa  dengan  siswa. Menurut  Fontana  dalam  (Erman Suherman  dkk,  2003:  8),  pembelajaran  merupakan  upaya  penataan  lingkungan yang  memberi  nuansa  agar  program  belajar  tumbuh  dan  berkembang  secara optimal. 
Dimyati  dan    Mudjiono  yang  dikutip  oleh  Syaiful  Sagala  (2005:  13), mengemukakan siswa adalah penentu  terjadi atau  tidak  terjadinya proses belajar. Berhasil  atau  gagalnya  pencapaian  tujuan  pendidikan  sangat  tergantung  pada proses  belajar  dan mengajar  yang  dialami  siswa  dan  pendidik,  baik  ketika  para siswa di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan segala interaksi di dalamnya. Pembelajaran merupakan  suatu proses  yang mengandung serangkaian  perbuatan  guru  dan  siswa  atas  hubungan  timbal-balik  yang berlangsung  dalam  situasi  edukatif  untuk mencapai  tujuan  tertentu  (Moh. Uzer Usman, 2000: 4). 
Dalam UUSPN No.  20  tahun  2003  pasal  1  ayat  20  dinyatakan  bahwa pembelajaran adalah proses  interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran adalah sebagai proses belajar yang dibangun  guru  untuk  mengembangkan  kreatifitas  berfikir  siswa,  serta  dapat meningkatkan  kemampuan  menngkontruksi  pengetahuan  baru  sebagai  upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Dalam pembelajaran Matematika, model dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki peranan yang sangat penting. Karena model-model dan pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa menjadi lebih efektif dalam belajar. Tentunya seorang guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta menerapkankannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian efektivitas pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Banyak model-model pembelajaran yang dapat digunakan, diantaranya model kooperatif, model ceramah, model matematika realistik, model kontekstual dan masih banyak yang lainnya lagi, ataupun dapat menggabungkan inovasi-inovasi model pembelajaran yang baru. Namun dari semua itu hanya sebagian kecil yang sering digunakan oleh guru.
Suatu model pembelajaran tidak bisa dikatakan lebih baik dari model yang lainnya, akan tetapi hanya bisa dikatakan lebih tepat atau tidaknya dalam suatu pembelajaran. Karena pada prinsipnya semua model pembelajaran itu adalah baik. Oleh sebab itu seorang guru harus dituntut dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada setiap pembelajaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang guru dalam memilih model-model pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika. Baik faktor dari internal ataupun faktor dari eksternal guru itu sendiri.
           
2.    Ruang Lingkup
Yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya adalah :
a.       Model-model pembelajaran yang tepat dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika.

3.    Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
a.       Sebagai tugas dalam  mengikuti kegiatan Diklat Tindak Lanjut Uji Kompetensi untuk Guru SMP mata pelajaran Matematika.
b.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika.
c.       Supaya dapat memilih dengan  tepat model pembelajaran apa yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika.


B.  FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GURU DALAM MEMILIH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

1.    Model-model pembelajaran yang dapat digunakan pada pelajaran matematika
            Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)
Lebih lanjut  Ismail (2003) menyatakan  istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 
1.     rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.     tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3.    tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.     lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berbedanya  pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik  diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi. 
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu  memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan  Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya  pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
     Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks  (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
            Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran,  didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
     Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
     Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di sekolah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
     Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1.      Siswa SMP banyak yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2.      Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3.      Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
4.      Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5.      Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a.       Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b.      Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c.       Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model Pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih  efektif dan efisien.
Macam-Macam Model Pembelajaran
a.    Model Pembelajaran kooperatif
b.    Model Penemuan Terbimbing
c.    Model Pembelajaran Langsung (ceramah)
d.   Model Pembelajaran Matematika Realistik
e.    Model Pembelajarn Problem solving
f.     Model Pembelajaran kontekstual.


2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika
               Pada prinsipnya, setiap model pembelajaran itu baik, namun bisa lebih efektif lagi jika model pembelajaran itu tepat digunakan pada suatu proses kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, setiap guru harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Tidak mudah untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika, diantaranya :

1.      Materi ajar
         Tidak setiap materi dalam pelajaran matematika dapat mudah menggunakan semua model pembelajaran. Ada beberapa materi yang sulit untuk menggunakan suatu model pembelajaran, sehingga hasilnya kurang efektif dan tujuan pembelajaran pun kurang tercapai. Contohnya :
Materi ‘Pangkat Tak Sebenarnya’ khususnya pada ‘Bentuk Akar’  (kelas 9 semester 2) sangat sulit jika menggunakan metode pembelajaran kontektual, mungkin lebih efektif menggunakan metode ceramah. Begitupun materi ‘Statistika’ (kelas 9 semester 1) sangat sulit jika menggunakan metode penemuan terbimbing khususnya mengunakan pendekatan deduktif.
         Akan tetapi ada materi yang sangat mudah jika menggunakan suatu metode pembelajaran, sehingga hasilnya efektif dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Contohnya :
Materi ‘Bangun Ruang’ , baik ‘Sisi Datar’ (kelas 8 semester 2) maupun ‘Sisi Lengkung’ (kelas 9 semester 1), sangat mudah jika menggunakan metode kooperatif, metode penemuan terbimbing bahkan bisa juga dengan metode pembelajaran kontekstual. Begitupun pada materi ‘Lingkaran’ (kelas 8 semester 2) dengan metode pembelajaran kontekstual lebih mudah digunakan sehingga hasilnya efektif.
         Masih banyak lagi materi ajar yang dapat menggunakan suatu model pembelajaran tapi sangat sulit jika menggunakan metode pembelajaran yang lainnya.
         Itu artinya materi ajar sangat berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran.

2.      Karakteristik peserta didik
         Sebagai seorang guru, sebelumnya harus mengetahui dahulu karakteristik peserta didik pada perkembangan anak usia SMP secara umum.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut  adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah  adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20 tahun 
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. 
Ciri-ciri Masa Remaja:
a. Ciri Fisik/Biologis 
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. 
b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1)    Kegelisahan
2)    Pertentangan
3)    Mengkhayal
4)    Aktivitas kelompok
5)    Keinginan mencoba segala sesuatu
Perkembangan anak usia SMP:
a)      Perkembangan aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. 
b)    Perkembangan aspek afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
c)   Perkembangan aspek psikomotorik seusia anak SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. 
                        Jika sudah mengetahui karakteristik peserta didik secara umum, maka pemilihan model bisa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang akan kita ajar.
Kadang kala, seorang guru sangat sulit menggunakan suatu model pembelajaran pada semua peserta didik ( tiap kelas). Antara kelas yang satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda dalam menggunakan model pembelajaran, itu tergantung dari karakteristik peserta didik itu sendiri. Meskipun secara umum karakteristik peserta didik seusia anak SMP memiliki ciri yang sama, akan tetapi bisa saja ada perbedaannya.
Contohnya :
Jika peserta didik mempunyai karakteristik “aktivitas kelompok” nya tinggi, maka sudah pasti sangat tepat jika menggunakan model pembelajaran kooperatif. Akan tetapi jika sebaliknya, peserta didiknya sangat pasif berkelompok (individual), mungkin lebih tepat menggunakan metode ceramah.
                 Jika peserta didik mempunyai karakteristik “keinginan mencoba segala sesuatu yang menonjol, maka mungkin lebih tepat menggunakan model pembelajaran Problem Solving atau model pembelajaran Penemuan terbimbing, karena mereka akan terus mencoba yang mereka belum ketahui.
Jika peserta didik mempunyai perkembangan kognitifnya yang muncul dalam “pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir”, maka akan lebih tepat apabila menggunakan model pembelajaran matematika realistik atau model pembelajaran kontekstual.
        Dengan demikian karakteristik peserta didik berperan dalam pemilihan model pembelajaran.
3.      Kemampuan guru
         Tidak sedikit guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan satu model pembelajaran saja. Bahkan hanya itu dan itu saja model pembelajaran yang digunakannya. Apa saja materi ajarnya? siapa saja peserta didiknya? Model pembelajaran tetap itu juga. Kenapa bisa begitu?
         Mungkin banyak guru yang mengetahui bahkan memahami model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, namun hanya sedikit yang sering menggunakannya.
Tidak dipungkiri kebanyakan guru hanya menggunakan model pembelajaran yang mudah dan simple untuk digunakan, biasanya hanya model ceramah yang sering digunakannya. Memang banyak faktor kenapa itu terjadi, namun yang jelas tergantung kemampuan guru itu sendiri.
         Itu disebabnya kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran sangat berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran

4.      Fasilitas
         Meskipun fasilitas tidak begitu berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran, namun apabila sangat dibutuhkan bisa saja menjadi faktor dalam pemilihan model pembelajaran.
Contohnya :
Dalam model pembelajaran kooperatif, fasilitas yang harus disiapkan adalah meja dan kursi yang mudah untuk dipindah-pindahkan, karena posisi tempat duduk harus saling berhadapan antar tiap anggota kelompok supaya mudah dalam berkomunikasi.
Begitupun dalam model pembelajaran matematik realistic ataupun model pembelajaran kontekstual, lebih efektif jika menggunakan alat peraga. Meskipun alat peraga bisa dibuat atau disediakan oleh peserta didik jika fasilitas di sekolah kurang lengkap.
         Namun demikian, fasilitas juga dapat mempengaruhi guru dalam memilih suatu model pembelajaran.

Itulah faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika. Jika digolongkan maka ada dua faktor, yakni faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar guru diantaranya materi ajar, karakteristik peserta didik dan fasilitas, dan faktor internal yaitu faktor dari dalam guru itu sendiri diantaranya kemampuan guru.


C.  KESIMPULAN
Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil, jika tujuan pembelajarannya sudah tercapai. Tujuan Pembelajaran dapat tercapai melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran keberadaan  guru sangatlah urgen.
Dalam pembelajaran Matematika, model dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki peranan yang sangat penting. Karena model-model dan pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa menjadi lebih efektif dalam belajar.
Suatu model pembelajaran tidak bisa dikatakan lebih baik dari model yang lainnya, akan tetapi hanya bisa dikatakan lebih tepat atau tidaknya dalam suatu pembelajaran. Karena pada prinsipnya semua model pembelajaran itu adalah baik. Oleh sebab itu seorang guru harus dituntut dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada setiap pembelajaran.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model Pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih  efektif dan efisien.
Macam-Macam Model Pembelajaran
a.    Model Pembelajaran kooperatif
b.    Model Penemuan Terbimbing
c.    Model Pembelajaran Langsung (ceramah)
d.   Model Pembelajaran Matematika Realistik
e.    Model Pembelajarn Problem solving
f.     Model Pembelajaran kontekstual.

Tidak mudah untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika, diantaranya :
a.    Materi Ajar
b.    Karakteristik peserta didik
c.    Kemampuan guru
d.   Fasilitas
Jika digolongkan maka ada dua faktor, yakni faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar guru diantaranya materi ajar, karakteristik peserta didik dan fasilitas, dan faktor internal yaitu faktor dari dalam guru itu sendiri diantaranya kemampuan guru.


D.  DAFTAR PUSTAKA

Mendiknas.  (2006).  Standar  Isi  dan  Standar Kompetensi  Lulusan  untuk  Satuan Pendidikan Menengah SMP – MTS – SMPLB. Jakarta: BP. Cipta Jaya
Model-Model Pembelajaran yang Efektif, Sosialisasi KTSP,  Departemen Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id)
Sumardi, Pengembangan Model Pembelajaran, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004
Hartinah, Siti. Perkembangan Peserta Didik, PT. Refika Aditama, Jakarta 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar