A. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Suatu kegiatan
pembelajaran dikatakan berhasil, jika tujuan pembelajarannya sudah tercapai.
Tujuan Pembelajaran dapat tercapai melalui proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran keberadaan guru sangatlah
urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak?
Suyitno (2004:
1) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah upaya untuk menciptakan iklim
dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat,
dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa
dengan siswa. Menurut Fontana
dalam (Erman Suherman dkk,
2003: 8), pembelajaran
merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa
agar program belajar
tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Dimyati dan
Mudjiono yang dikutip
oleh Syaiful Sagala
(2005: 13), mengemukakan siswa
adalah penentu terjadi atau tidak
terjadinya proses belajar. Berhasil
atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar
dan mengajar yang dialami
siswa dan pendidik,
baik ketika para siswa di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan keluarga sendiri.
Pembelajaran
merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan segala interaksi di
dalamnya. Pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa
atas hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu (Moh. Uzer Usman, 2000:
4).
Dalam UUSPN
No. 20
tahun 2003 pasal
1 ayat 20
dinyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran adalah
sebagai proses belajar yang dibangun
guru untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir siswa,
serta dapat meningkatkan kemampuan
menngkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Dalam
pembelajaran Matematika, model dan pendekatan pada pembelajaran matematika
sangat memiliki peranan yang sangat penting. Karena model-model dan pendekatan
pada matematika akan membawa setiap siswa menjadi lebih efektif dalam belajar.
Tentunya seorang guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta
menerapkankannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian efektivitas
pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Banyak
model-model pembelajaran yang dapat digunakan, diantaranya model kooperatif,
model ceramah, model matematika realistik, model kontekstual dan masih banyak
yang lainnya lagi, ataupun dapat menggabungkan inovasi-inovasi model
pembelajaran yang baru. Namun dari semua itu hanya sebagian kecil yang sering
digunakan oleh guru.
Suatu
model pembelajaran tidak bisa dikatakan lebih baik dari model yang lainnya,
akan tetapi hanya bisa dikatakan lebih tepat atau tidaknya dalam suatu
pembelajaran. Karena pada prinsipnya semua model pembelajaran itu adalah baik.
Oleh sebab itu seorang guru harus dituntut dapat memilih model pembelajaran
yang tepat untuk digunakan pada setiap pembelajaran.
Banyak faktor
yang mempengaruhi seorang guru dalam memilih model-model pembelajaran khususnya
pada pelajaran matematika. Baik faktor dari internal ataupun faktor dari
eksternal guru itu sendiri.
2.
Ruang Lingkup
Yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya adalah :
a.
Model-model
pembelajaran yang tepat dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika.
3. Maksud
dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
a.
Sebagai
tugas dalam mengikuti kegiatan Diklat
Tindak Lanjut Uji Kompetensi untuk Guru SMP mata pelajaran Matematika.
b.
Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi guru dalam memilih model
pembelajaran matematika.
c.
Supaya
dapat memilih dengan tepat model
pembelajaran apa yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika.
B. FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GURU DALAM MEMILIH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan pada pelajaran matematika
Istilah model
pembelajaran sangat dekat
dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi,
pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna
yang lebih luas daripada suatu strategi,
metode, dan teknik. Model Pembelajaran adalah
sebagai suatu disain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan
siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)
Lebih lanjut Ismail (2003)
menyatakan istilah Model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
tertentu yaitu :
1.
rasional teoritik yang logis disusun
oleh perancangnya,
2.
tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3.
tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Berbedanya pengertian antara model,
strategi, pendekatan dan metode serta teknik
diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu
memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang
luas dan menyeluruh. Misalnya pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru
sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan
bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan
nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam
model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah
menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Model-model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan
belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah
pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik
yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila
digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks
(pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan
urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan
serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model
pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model
pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri
dengan tahap menutup pelajaran,
didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang
dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model
pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar
yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada
model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara
melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa
duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.
Pemilihan model
dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat
tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa. Di sekolah,
tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta
didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait
dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini
banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model
pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model
pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita
sepakati hal-hal sebagai berikut :
1.
Siswa SMP banyak yang masih berada dalam tahap
berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat
peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita
tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti
memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model
pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika
perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
4.
Model apa pun yang kita terapkan, jika
kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil
pembelajaran menjadi tidak efektif.
5.
Oleh kerena itu komitmen kita adalah
sebagai berikut :
a.
Kita perlu menguasai materi yang harus
kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b.
Kita berniat untuk memberikan yang kita
punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan
bertanggung jawab.
c. Menjaga
agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan
tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan
model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Model pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model Pembelajaran adalah suatu
pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan
atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien.
Macam-Macam Model Pembelajaran
a. Model
Pembelajaran kooperatif
b. Model
Penemuan Terbimbing
c. Model
Pembelajaran Langsung (ceramah)
d. Model
Pembelajaran Matematika Realistik
e. Model
Pembelajarn Problem solving
f. Model
Pembelajaran kontekstual.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika
Pada prinsipnya, setiap model
pembelajaran itu baik, namun bisa lebih efektif lagi jika model pembelajaran
itu tepat digunakan pada suatu proses kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu,
setiap guru harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Tidak mudah
untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika, diantaranya :
1. Materi ajar
Tidak setiap materi dalam pelajaran
matematika dapat mudah menggunakan semua model pembelajaran. Ada beberapa
materi yang sulit untuk menggunakan suatu model pembelajaran, sehingga hasilnya
kurang efektif dan tujuan pembelajaran pun kurang tercapai. Contohnya :
Materi ‘Pangkat
Tak Sebenarnya’ khususnya pada ‘Bentuk Akar’
(kelas 9 semester 2) sangat sulit jika menggunakan metode pembelajaran
kontektual, mungkin lebih efektif menggunakan metode ceramah. Begitupun materi
‘Statistika’ (kelas 9 semester 1) sangat sulit jika menggunakan metode penemuan
terbimbing khususnya mengunakan pendekatan deduktif.
Akan tetapi ada materi yang sangat
mudah jika menggunakan suatu metode pembelajaran, sehingga hasilnya efektif dan
tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Contohnya :
Materi ‘Bangun
Ruang’ , baik ‘Sisi Datar’ (kelas 8 semester 2) maupun ‘Sisi Lengkung’ (kelas 9
semester 1), sangat mudah jika menggunakan metode kooperatif, metode penemuan
terbimbing bahkan bisa juga dengan metode pembelajaran kontekstual. Begitupun
pada materi ‘Lingkaran’ (kelas 8 semester 2) dengan metode pembelajaran
kontekstual lebih mudah digunakan sehingga hasilnya efektif.
Masih banyak lagi materi ajar yang
dapat menggunakan suatu model pembelajaran tapi sangat sulit jika menggunakan
metode pembelajaran yang lainnya.
Itu
artinya materi ajar sangat berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran.
2.
Karakteristik
peserta didik
Sebagai
seorang guru, sebelumnya harus mengetahui dahulu karakteristik peserta didik pada
perkembangan anak usia SMP secara umum.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya
disebut adolescence, berasal dari bahasa
adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Perkembangan lebih lanjut, istilah
adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik. WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20
tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal.
Ciri-ciri Masa Remaja:
a. Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki
masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan
perubahan suara pada remaja laki-laki.
b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis
seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1) Kegelisahan
2) Pertentangan
3) Mengkhayal
4) Aktivitas
kelompok
5)
Keinginan mencoba segala sesuatu
Perkembangan anak usia SMP:
a)
Perkembangan aspek kognitif meliputi
fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan
berpikir.
b) Perkembangan
aspek afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
c) Perkembangan aspek psikomotorik seusia anak
SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa.
Jika
sudah mengetahui karakteristik peserta didik secara umum, maka pemilihan model
bisa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang akan kita ajar.
Kadang kala, seorang guru sangat sulit
menggunakan suatu model pembelajaran pada semua peserta didik ( tiap kelas).
Antara kelas yang satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda dalam menggunakan
model pembelajaran, itu tergantung dari karakteristik peserta didik itu
sendiri. Meskipun secara umum karakteristik peserta didik seusia anak SMP
memiliki ciri yang sama, akan tetapi bisa saja ada perbedaannya.
Contohnya :
Jika peserta didik mempunyai
karakteristik “aktivitas kelompok”
nya tinggi, maka sudah pasti sangat tepat jika menggunakan model pembelajaran
kooperatif. Akan tetapi jika sebaliknya, peserta didiknya sangat pasif
berkelompok (individual), mungkin lebih tepat menggunakan metode ceramah.
Jika peserta didik mempunyai karakteristik “keinginan mencoba segala sesuatu” yang menonjol, maka mungkin lebih tepat
menggunakan model pembelajaran Problem Solving atau model pembelajaran Penemuan
terbimbing, karena mereka akan terus mencoba yang mereka belum ketahui.
Jika peserta didik mempunyai perkembangan
kognitifnya yang muncul dalam “pemahaman,
pengetahuan dan ketrampilan berpikir”, maka akan lebih tepat apabila
menggunakan model pembelajaran matematika realistik atau model pembelajaran
kontekstual.
Dengan
demikian karakteristik peserta didik berperan dalam pemilihan model pembelajaran.
3.
Kemampuan
guru
Tidak sedikit guru
dalam proses pembelajaran hanya menggunakan satu model pembelajaran saja.
Bahkan hanya itu dan itu saja model pembelajaran yang digunakannya. Apa saja
materi ajarnya? siapa saja peserta didiknya? Model pembelajaran tetap itu juga.
Kenapa bisa begitu?
Mungkin
banyak guru yang mengetahui bahkan memahami model-model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran, namun hanya sedikit yang sering menggunakannya.
Tidak dipungkiri kebanyakan guru
hanya menggunakan model pembelajaran yang mudah dan simple untuk digunakan,
biasanya hanya model ceramah yang sering digunakannya. Memang banyak faktor
kenapa itu terjadi, namun yang jelas tergantung kemampuan guru itu sendiri.
Itu
disebabnya kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran sangat
berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran
4.
Fasilitas
Meskipun
fasilitas tidak begitu berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran, namun
apabila sangat dibutuhkan bisa saja menjadi faktor dalam pemilihan model
pembelajaran.
Contohnya :
Dalam model pembelajaran
kooperatif, fasilitas yang harus disiapkan adalah meja dan kursi yang mudah
untuk dipindah-pindahkan, karena posisi tempat duduk harus saling berhadapan
antar tiap anggota kelompok supaya mudah dalam berkomunikasi.
Begitupun dalam model pembelajaran
matematik realistic ataupun model pembelajaran kontekstual, lebih efektif jika
menggunakan alat peraga. Meskipun alat peraga bisa dibuat atau disediakan oleh
peserta didik jika fasilitas di sekolah kurang lengkap.
Namun
demikian, fasilitas juga dapat mempengaruhi guru dalam memilih suatu model
pembelajaran.
Itulah
faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran
matematika. Jika digolongkan maka ada dua faktor, yakni faktor eksternal, yaitu
faktor yang berasal dari luar guru diantaranya materi ajar, karakteristik
peserta didik dan fasilitas, dan faktor internal yaitu faktor dari dalam guru
itu sendiri diantaranya kemampuan guru.
C. KESIMPULAN
Suatu kegiatan
pembelajaran dikatakan berhasil, jika tujuan pembelajarannya sudah tercapai.
Tujuan Pembelajaran dapat tercapai melalui proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran keberadaan guru sangatlah
urgen.
Dalam
pembelajaran Matematika, model dan pendekatan pada pembelajaran matematika
sangat memiliki peranan yang sangat penting. Karena model-model dan pendekatan
pada matematika akan membawa setiap siswa menjadi lebih efektif dalam belajar.
Suatu model pembelajaran tidak bisa
dikatakan lebih baik dari model yang lainnya, akan tetapi hanya bisa dikatakan
lebih tepat atau tidaknya dalam suatu pembelajaran. Karena pada prinsipnya
semua model pembelajaran itu adalah baik. Oleh sebab itu seorang guru harus
dituntut dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada
setiap pembelajaran.
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa
Model
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model Pembelajaran
adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat
dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
Macam-Macam Model Pembelajaran
a. Model
Pembelajaran kooperatif
b. Model
Penemuan Terbimbing
c. Model
Pembelajaran Langsung (ceramah)
d. Model
Pembelajaran Matematika Realistik
e. Model
Pembelajarn Problem solving
f. Model
Pembelajaran kontekstual.
Tidak
mudah untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi guru dalam memilih model pembelajaran matematika, diantaranya
:
a.
Materi Ajar
b.
Karakteristik peserta didik
c.
Kemampuan guru
d.
Fasilitas
Jika
digolongkan maka ada dua faktor, yakni faktor eksternal, yaitu faktor yang
berasal dari luar guru diantaranya materi ajar, karakteristik peserta didik dan
fasilitas, dan faktor internal yaitu faktor dari dalam guru itu sendiri
diantaranya kemampuan guru.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Mendiknas. (2006).
Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Menengah SMP – MTS – SMPLB. Jakarta: BP. Cipta Jaya
Model-Model
Pembelajaran yang Efektif, Sosialisasi KTSP,
Departemen Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id)
Sumardi,
Pengembangan Model Pembelajaran, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004
Hartinah,
Siti. Perkembangan Peserta Didik, PT. Refika Aditama, Jakarta 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar